Dompet Dhuafa Nusa Tenggara Timur

Di Tengah Pandemi 2021, Dompet Dhuafa Catat Pertumbuhan Donatur Hingga 15 Persen

JAKARTA- Pada pembukaan Social Humanity Outlook sebagai pemuncak rangkaian Indonesian Humanity Summit (I-HitS) 2022, Nasyith Majidi selaku Ketua Yayasan Dompet Dhuafa mengatakan, “Pada 2020 hingga 2021, pandemi masih menjadi momok kemiskinan. Maka terpikir orang enggan berdonasi, bahkan saling menolong. Namun hal tersebut berbanding terbalik di Dompet Dhuafa pada tahun 2021, total penghimpunan dari donasi kebaikan hampir 20% atau bahkan lebih”.

IDEAS dengan analisis dan strategi mendalam di 2022, melalui Yusuf Wibisono, selaku Direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), menuturkan bahwa, “Pandemi tidak hanya membuat kelas bawah terjebak pada derajat kemiskinan yang semakin dalam, namun juga telah membuat banyak kelas menengah semakin rentan jatuh ke jurang kemiskinan. Bila kita lipat gandakan garis kemiskinan ekstrem, yaitu 1,6 kali garis kemiskinan, angka kemiskinan melonjak menjadi 34,37 persen”.

Sementara itu Prima Hadi Putra selaku Direktur Business Operation Support mengatkan, “Dalam mengelola Dompet Dhuafa mempunyai tantangan yang terus dihadapi. Melakukan transformasi adalah tantangan yang kami hadapi di 3 hal besar, yakni SDM (Sumber Daya Manusia), proses dalam pembaharuan, membawa teknologi yang tepat guna ke dalam Dompet Dhuafa”.

“Alhamdulillah dari 2018-2021 Dompet Dhuafa masih menjadi Top Brand dalam kategori Badan penyalur Zakat dan Amal. Hal tersebut tak terlepas dari kepercayaan donatur. Di sisi lain Dompet Dhuafa berinovasi dan kolaborAksi bersama mitra dalam membangun Digitalisasi Fundraising, serta penguatan program yang terus digulirkan oleh Dompet Dhuafa. Secara index demografi di 2021, tercatat indeks kepuasan donatur sebanyak 98%, pertumbuhan penghimpunan mencapai 23,05%, donor milenial 44%, pertumbuhan donatur mencapai 15%, retensi donor sebanyak 31%, serta lebih dari 250 KOL turut berkolaborAksi,” ujar Prima Hadi Putra mewakili Direktur Resource Mobilization Dompet Dhuafa, Etika Setiawanti.

Pada pemaparannya, Doni Marlan selaku Direktur Pemberdayaan dan Pengembangan Ekonomi menyebutkan bahwa, “Dompet Dhuafa dengan program ketahanan pangan yang mengelola 1.007 hektar lahan di Sumatera dan Jawa. Di bidang peternakan tersebar di 14 titik. Kemudian kami juga menggulirkan social trust fund untuk pemberian akses modal ke UMKM”.

Doni menambahkan, selain program bantuan langsung ke masyarakat, edukasi terkait zakat dan wakaf juga dioptimalkan. Melalui Indonesia Wakaf Summit dan Wake Up Wakaf, Dompet Dhuafa terus mendorong dan membangun kesadaran masyarakat terkait keutamaan dan dampak dari wakaf produktif.

Ragam program layanan Dompet Dhuafa terus digulirkan. Hal tersebut diutarakan Ustadz Ahmad Shonhaji, selaku Direktur Dakwah, Budaya & Pelayanan Masyarakat (DBPM), “Dompet Dhuafa selalu menjaga komitmen untuk terus melayani darurat kemiskinan, memberikan akses bagi layanan kesehatan dan pendidikan, serta menguatkan dakwah berbasis budaya masyarakat”.

Paparan Direksi diakhiri oleh Bambang Suherman, selaku Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategis yang mengatakan, “Terdapat 3 tantangan besar dalam pengembangan potensi kedermawanan dan filantropi di Indonesia, yakni menyajikan informasi sebagai literasi publik, mengikat kerjasama dengan banyak lembaga dan mempercepat proses penyebaran manfaat sebesar-besarnya”.

Tak hanya jajaran manajemen Dompet Dhuafa yang memaparkan hasil kinerja, salah satu penanggap yang hadir langsung yakni Dr. Aviliani, S.E., M.Si, selaku Ekonom IDEF & Pengurus Kadin Pusat, mengutarakan, “Struktur ekonomi Indonesia yang masih cukup tergantung pada dana portofolio. Sehingga rupiah kita cenderung menguat terus dan berdampak pada harga pangan. Menurut saya hal ini dapat ditanggulangi dengan pengembangan dibidang pertanian dan peternakan”.

Sementara di akhir acara, Hendri Saparini, selaku Bendahara Umum Yayasan Dompet Dhuafa menjelaskan, “Salah satu hal yang harus diperhatikan Dompet Dhuafa di 2022, yaitu dari sudut pekerja informal tidak mudah untuk terserap ke sektor formal. Selain kualifikasi juga tren sektor formal yang semakin mengadopsi teknologi”.

Bagikan kabar ini :

Facebook
Twitter
WhatsApp